Tipe Masyarakat
Apabila kita berbicara tentang masyarakat,
terutama jika kita mengemukakannya dari sudut antropologi, maka kita
mempunyai kecenderungan untuk melihat 2 tipe masyarakat :
1. satu
masyarakat kecil yang belum begitu kompleks, yang belum mengenal
pembagian kerja, belum mengenal struktur dan aspek-aspkenya masih dapat
dipelajari sebagai satu kesatuan.
2. masyarkat yang sudah
kompleks, yang sudah jauh menjalankan spesialisasi dalam segala bidang,
karena ilmu pengetahuan modern sudah maju, sudah mengenal tulisan, satu
masyarakat yang sukar diselidiki dengan baik dan didekati sebagian
saja.
Sebenarnya pembagian masyarkat dalam 2 tipe itu hanya untuk
keperluan penyelidikan saja. Dalam satu masa sejarah antropologi,
masyarakat yang sederhana itu menjadi obyek penyelidikan dari
antropologi, khususnya antropologi sosial. Sedang masyarakat yang
kompleks, adalah terjadi obyek penyelidikan sosiologi.
Sekarang
ruang lingkup penyelidikan antropologi dan sosiologi tidak mempunyai
batas-batas yang jelas. Hanya pada metode-metode penyelidikan ada
beberapa perbedaan. Antropologi sosial mengarahkan penyelidikannya ke
arah perkotaan, sedang sosiologi melebarkan studinya ke daerah pedesaan.
Sebenarnya dua tipe masyarakat itu berbeda secara gradual saja, bukan
secara prinsipil.
Ciri-Ciri Masyarakat Kota
Masyarakat
kota adalah masyarakat yang tinggal di daerah dekat dengan pusat
pemerintahan. Masyarakat kota terdiri dari beragam suku dan kebanyakan
biasanya pendatang.
Berikut ini merupakan ciri-ciri masyarakat kota,
1. Individual
Masyarakat kota memang individual. Merekaenderung memikirkan urusannya sendiri dan enggan mencampuri urusan orang lain.
2. Heterogen
Masyarakat
kota terdiri dari beragam suku. Semuanya berkumpul menjadi satu kota
dengan tujuan beragam, bekerja, kuliah, ikut saudara, dan lain-lain.
3. Daya Saing Tinggi
Biasanya,
orang-orang melakukan urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa ke
kota untuk meningkatkan taraf hidup. Itu sebabnya tingkat persaingan di
kota sangat tinggi, apapun bidang yang digeluti.
4. Profesi Beragam
Di
kota, profesi penduduknya sangat beragam. Tentunya, profesi tersebut
sesuai dengan keahlian masing-masing, misalnya buruh pabrik, karyawan ,
PNS, penulis, motivator, pengamen, dan lai-lain.
5. Matrealistik
Sebagian
besar masyarakat kota memang matrealistik. Hal tersebut dipengaruhi
tingkat persaingan yang tinggi dan untuk mendapatkan sesuatu yang
diinginkan diperlukan pengorbanan yang besar.
6. Open Minded
Masyarakat kota terkenal dengan sikap mereka yang selalu terbuka terhadap segala macam jenis perubahan.
Perbedaan Desa dan Kota
Ada
beberapa ciri yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk membedakan
antara desa dan kota. Dengan melihat perbedaan-perbedaan yang ada
mudah-mudahan akan dapat mengurangi kesulitan dalam menentukan apakah
suatu masyarakat dapat disebut sebagai masyarakat pedesaan atau
masyarakat perkotaan.
Ciri-ciri tersebut antara lain :
1) jumlah dan kepadatan penduduk
2) lingkungan hidup
3) mata pencaharian
4) corak kehidupan sosial
5) stratifikasi sosial
6) mobilitas sosial
7) pola interaksi sosial
8) solidaritas sosial
9) kedudukan dalam hierarki sistem administrasi nasional.
Lingkungan
hidup di pedesaan sangat jauh berbeda dengan di perkotaan. Lingkungan
pedesaan terasa lebih dekat dengan alam bebas. Udaranya bersih, sinar
matahari cukup, tanahnya segar diselimuti berbagai jenis tumbuh¬tumbuhan
dan berbagai satwa yang terdapat di sela-sela pepohonan, di permukaan
tanah, di rongga-rongga bawah tanah ataupun berterbangan di udara bebas.
Air yang menetes, merembes atau memancar dari sumber¬sumbernya dan
kemudian mengalir melalui anak-anak sungai mengairi petak¬petak
persawahan. Semua ini sangat berlainan dengan lingkungan perkotaan yang
sebagian besar dilapisi beton dan aspal. Bangunan-bangunan menjulang
tinggi saling berdesak-desakan dan kadang-kadang berdampingan dan
berhimpitan dengan gubug-gubug liar dan pemukiman yang padat.
Udara
yang seringkali terasa pengap, karena tercemar asap buangan cerobong
pabrik dan kendaraan bermotor. Hiruk-pikuk, lalu lalang kendaraan
ataupun manusia di sela-sela kebisingan yang berasal dariberbagai sumber
bunyi yang seolah-olah saling berebut keras satu sama lain. Kota sudah
terlalu banyak mengalami sentuhan teknologi, sehingga penduduk kota yang
merindukan alam kadang-kadang memasukkan sebagian alam ke dalam
rumahnya, baik yang berupa tumbuh-tumbuhan, bahkan mungkin hanya
gambarnya saja.
Perbedaan paling menonjol adalah pada mata
pencaharian. Kegiatan utama penduduk desa berada di sektor ekonomi
primer yaitu bidang agraris. Kehidupan ekonomi terutama tergantung pada
usaha pengelolaan tanah untuk keperluan pertanian, peternakan dan
termasuk juga perikanan darat. Sedangkan kota merupakan pusat kegiatan
sektor ekonomi sekunder yang meliputi bidang industri, di samping sektor
ekonomi tertier yaitu bidang pelayanan jasa. Jadi kegiatan di desa
adalah mengolahalam untuk memperoleh bahan-bahan mentah, baik bahan
kebutuhan pangan, sandang maupun lain-lain bahan mentah untuk memenuhi
kebutuhan pokok manusia.
Sedangkan kota mengolah bahan-bahan
mentah yang berasal dari desa menjadi bahan-bahan setengah jadi atau
mengolahnya sehingga berwujud bahan jadi yang dapat segera
dikonsumsikan. Dalam hal distribusi hasil produksi ini pun terdapat
perbedaan antara desa dan kota. Di desa jumlah ataupun jenis barang yang
tersedia di pasaran sangat terbatas. Corak kehidupan sosial di desa
dapat dikatakan masih homogen. Sebaliknya di kota sangat heterogen,
karena di sana saling bertemu berbagai suku bangsa, agama, kelompok dan
masing-masing memiliki kepentingan yang berlainan.
Beranekaragamnya
corak kegiatan di bidang ekonomi berakibat bahwa sistem pelapisan
sosial (stratifikasi sosial) kota jauh lebih kompleks daripada di desa.
Misalnya saja mereka yang memiliki keahlian khusus dan bidang kerjanya
lebih banyak memerlukan pemikiran memiliki kedudukan lebih tinggi dan
upah lebih besar daripada mereka yang dalam sistem kerja hanya mampu
menggunakan tenaga kasarnya saja. Hal ini akan membawa akibat bahwa
perbedaan antara pihak kaya dan miskin semakin menyolok.
Mobilitas
sosial di kota jauh lebih besar daripada di desa. Di kota, seseorang
memiliki kesempatan lebih besar untuk mengalami mobilitas sosial, baik
vertikal yaitu perpindahan kedudukan yang lebih tinggi atau lebih
rendah, maupun horisontal yaitu perpindahan ke pekerjaan lain yang
setingkat.
Pola-pola interaksi sosial pada suatu masyarakat
ditentukan oleh struktur sosial masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan
struktur sosial sangat dipengaruhi oleh lembaga-lembaga sosial (social
institutions) yang ada pada masyarakat tersebut. Karena struktur sosial
dan lembaga-lembaga sosial yang ada di pedesaan sangat berbeda dengan di
perkotaan, maka pola interaksi sosial pada kedua masyarakat tersebut
juga tidak sama. Pada masyarakat pedesaan, yang sangat berperan dalam
interaksi dan hubungan sosial adalah motif-motif sosial.
Dalam
interaksi sosial selalu diusahakan agar supaya kesatuan sosial (social
unity) tidak terganggu, konflik atau pertentangan sosial sedapat mungkin
dihindarkan jangan sampai terjadi. Bahkan kalau terjadi konflik,
diusahakan supaya konflik tersebut tidak terbuka di hadapan umum. Bila
terjadi pertentangan, diusahakan untuk dirukunkan, karena memang prinsip
kerukunan inilah yang menjiwai hubungan sosial pada masyarakat
pedesaan, karena masyarakat ini sangat mendambakan tercapainya
keserasian (harmoni) dalam kehidupan berinteraksi lebih dipengaruhi oleh
motif ekonomi daripada motif-motif sosial.
Di samping motif
ekonomi, maka motif-motif nasional lainnya misalnya saja politik,
pendidikan, kadang-kadang juga dalam hierarki sistem administrasi
nasional, maka kota memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada desa.
No comments:
Post a Comment